Pages

Minggu, 28 November 2010

Berbaik Sangka Kepada Allah



T
ulisan di bawah ini saya ambil dari sebuah buku karya Arief Alamsyah Nasution, The Way to Happiness. Di dalamnya terdapat kisah-kisah yang inspiratif, kisah-kisah yang membangkitkan segala asa dan harapan untuk mencapai kebahagiaan. Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca karena sesungguhnya saat ini “Masyarakat kita sedang letih” dan butuh untuk mendapatkan kembali ketenangan hati yang insya Allah bisa didapat setelah memahami isi buku ini dengan baik.

.:: Buku yang menginspirasi yang sangat saya sarankan untuk dibaca


Allah pernah berfirman dalam sebuah hadis Qudsi, “Aku sebagaimana yang dipersangkakan oleh hamba-Ku”, Ya, kekhawatiran dapat kita hapuskan dengan berbaik sangka dengan setiap keputusan Tuhan. Berbaik sangka kepada Allah artinya selalu mereka-reka takdir Allah dengan sesuatu yang positif.

Untuk memahami dimensi kedua ini ada sebuah kisah nyata yang luar biasa, tentang seorang guru yang ingin menjadi astronot luar angkasa.

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Aku juga buka seorang pilot. Aku hanyalah seorang guru. Ketika ada kesempatan dari gedung putih untuk mencari warga biasa untuk ikut penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger, aku melamar.

Begitu bahagianya diriku ketika amplop berlogo NASA yang berisi undangan untuk ikut seleksi saya terima. Aku terus berdoa dan ternyata doaku selalu terkabul karena aku lulus seleksi demi seleksi.

Dari semula 43.000 pelamar kemudian menjadi 10.000 orang dan aku menjadi salah satu dari 10.000 orang itu. Kemudian menjadi tinggal 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara, dan serangkaian tes lainnya. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini? Tuhan, biarlah diriku terpilih… begitu doa di hatiku.

Lalu tibalah pengumuman itu. Ternyata NASA memilih Christina Mc Caufliffe. Aku kalah. Hidupku hancur, dan aku merasa depresi. Rasa percaya diriku lenyap. Amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku bertanya kepada Tuhan, kenapa bukan aku? Mengapa Engkau tak berlaku adil padaku Tuhan? Mengapa Engkau tega menyakiti hatiku Tuhan? Aku pun menangis di pangkuan ayahku. Sambil memeluk dia berucap, “Semua terjadi karena suatu alasan….”

Selasa, 28 Januari 1986. Aku berkumpul bersama temna-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku?”

Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku. Saat itu Challanger meledak dan menewaskan semua penumpangnya.

Aku teringat kata-kata ayahku, “Semua terjadi karena suatu alasan….” Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walau aku sangat menginginkannya, karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah, aku seorang pemenang.

Aku menang karena aku telah kalah.
Aku, Frank Slazak


Subhanallah…  saya baca itu dalam Jamil Azzaini, Kubik Leadership. Cerita itu membuka mata kita, me-reframing kita, mengubah jendela kita bahwa Allah memang baik, bahwa Allah memang mengasihi kita, bahwa Allah menyayangi kita; bahwa rencana Allah pastilah rencana yang baik buat kita.

Saudaraku, mungkin sesuatu yang membuat kita bersedih dan menangis hari ini adalah sesuatu yang justru akan membuat kita tersenyum esok hari. Tetapi, kita harus tetap bertahan untuk menyambut saat paling bahagia itu datang kelak. Dengan begitu, kita akan terus memiliki sebuah harapan. Orang bahagia adalah orang yang selalu menyalakan lilin harapan di dalam hatinya. Orang bahagia adalah orang yang selalu menemukan celah sesempit apa pun untuk berbaik sangka, saat orang lain menganggap tidak ada celah sedikit pun untuk baik sangka itu. Orang bahagia adalah orang yang percaya Rabb-nya adalah Rabb yang baik kepadanya.

 .:: orang bahagia adalah orang yang menyalakan lilin harapan di hatinya

Sedikit bercerita tentang berbaik sangka..

Sekeras, sekejam, dan semenyedihkan apa pun kejadian yang menimpa kita, sesungguhnya ada hikmah di balik kejadian itu. Sesungguhnya kejadian itu adalah yang terbaik bagi kita. Sekitar satu dua bulan yang lalu, saya merasa begitu bahagia akan suatu hal, namun tiba-tiba kebahagiaan itu hilang digantikan oleh kekecewaan dan kesedihan yang mendalam. Saya sempat terpuruk untuk beberapa saat karena realita yang ada berbeda dengan harapan yang selama ini saya tanamkan baik-baik dalam pikiran saya. Saya berusaha merelakan.

Dan hari ini, hari yang saya harapkan bisa menjadi turning poin dari segala kesedihan saya. Tetap melaju mencapai puncak tertinggi dari harapan seorang makhluk kecil. Sekali pun tanpa kata, sekali pun tanpa penjelasan, saya harapkan pada akhirnya saya benar-benar bisa mengikhlaskan. Berbaik sangka pada-Nya, bahwa pada saatnya nanti ia akan memberikan ketetapan-Nya padaku. Kebahagiaan akan datang pada saatnya nanti, pada saat yang tepat. Dan yang perlu dilakukan sekarang adalah membuka bab baru dari buku berjudul kehidupan dan menuliskannya dengan tinta emas perjuangan, pengabdian, dan pengorbanan.  

“Barangsiapa Kuambil dua kekasihnya (matanya) tetap bersabar, maka Aku akan mengganti kedua (mata)nya itu dengan surga”
(Al-Hadist)

Everything happen for a reason…. Sekali pun pada awalnya ketidakrelaan yang hinggap di dada. Kesedihan dan air mata itu akan digantikan oleh kebahagiaan dan senyum di wajah pada saatnya nanti.

“Barangsiapa Kuambil orang yang dicintainya di dunia tetap mengharapkan ridha(Ku), niscaya Aku akan menggantinya dengan surga”
(Al-Hadist)


 .:: Berbaik sangka dalam setiap lantunan doa kita, menghiasinya dengan harapan
 

Apa pun yang terjadi pada diri kita, itu adalah yang terbaik yang digariskan dalam kitab-Nya. Yang perlu kita lakukan adalah tetap berusaha, bersabar, dan berpasrah. Bersabar hingga saat datangnya ketetapan itu. Berpasrah, yang berarti menyerahkan semua pada ketetapan-Nya, bukan berarti berputus asa dan tidak berusaha. Berbaik sangka pada-Nya karena sesungguhnya Allah adalah sesuai dengan persangkaan kita. Semoga kisah hidup kita dapat bermuara pada suatu kebahagiaan yang hakiki. Yang hanya dari-Nya kebahagiaan itu bisa kita dapatkan.


  .:: di setiap sudut doa-doa kita, harapan itu masih ada


Selamat atasmu karena kesabaranmu. Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu
(QS. Ar-Ra’d: 24)

Jumat, 12 November 2010

Catatan Kecil dari SITOKIN

SITOKIN adalah salah satu rangkaian kegiatan  kaderisasi bagi pengurus ASSALAM yang dilaksanakan secara bertahap. SITOKIN itu sendiri merupakan singkatan dari Islamic Leadership Motivation & Dakwah Training. Kegiatan ini berisi orientasi tentang ASSALAM dan juga pengenalan peranan mahasiswa dalam dunia organisasi dan dunia dakwah. Yang ingin saya sampaikan disini bukan catatan saya selama mengikuti SITOKIN, tetapi hanya satu catatan dari salah satu materi yang saya dapat dari pertemuan ketiga SITOKIN, Minggu, 7 November 2010, yaitu Komunikasi Akrab. Semoga bermanfaat!

Komunikasi memegang peranan yang penting dalam menjaga hubungan dan keakraban antarpersonal. 80% kegiatan kita dalam satu hari adalah berupa komunikasi. Komuniasilah yang dapat membuat orang lain senang, namun komunikasi pulalah yang dapat membuat orang lain membenci kita. Ia ibaratnya pisau bermata dua. Bisa menjadi suatu kekuatan di satu sisi, namun bisa menjadi kelemahan di sisi lain. Niat yang baik jika tidak dikomunikasikan dengan baik akan menimbulkan kesalahpahaman yang dapat berdampak pada timbulnya konflik. Sebagai contoh, salah satu kelakar bapak pembicara:

Terkisahlah sepasang suami istri yang malam itu sedang bertengkar. Mereka tidur di atas satu ranjang, namun saling memunggungi satu sama lain.

Suami: (dalam hati) “Waduh, besok pagi jam 5 aku musti ke bandara, tapi aku ga bisa bangun pagi, biasanya istri ni yang bangunin. Mau minta tolong sekarang ya gengsi laaa”

Akhirnya si suami hanya menulis catatan di secarik kertas dan ia letakkan di meja yang berada di sisi kasur  dekat dengan sang istri.

Keesokan harinya si suami terbangun pada pukul 07.00. Tentunya ia sangat terlambat dan akhirnya hanya bisa meluapkan segala kekesalannya dengan marah-marah kepada istrinya.

Suami: “Mama ini gimana si, kan uda papa minta untuk bangunin. Jam 5 papa harus uda berangkat ke bandara!”

Istri: “Loh, tadi uda mama tulis kok di kertas, di meja deket kasurnya papa, tulisannya “Pa, BANGUN!””

Naaaah itu dia salah satu bentuk komunikasi yang niatnya baik, tapi caranya kurang baik sehingga informasi yang disampaikan tidak bisa dipahami sesuai dengan maksud si komunikator.  Ada cara-cara dan ada aturan-aturan yang perlu kita penuhi guna mencapai komunikasi yang efektif. Namun, diluar tujuan efektifnya itu, kita perlu membangun komunikasi yang akrab sehingga keefektifan itu bisa didapat. Mengapa? Karena pada umunya, ketika kita belum mengenal seseorang yang artinya disini kita belum akrab maka komunikasi yang efektif akan sangat sulit terjalin. Ada tembok besar yang menghalangi kemampuan kita untuk menggali informasi . Tembok besar inilah yang semestinya kita runtuhkan dalam rangka menjalin komuniasi efektif dengan cara menjalin keakraban sehingga tujuan komunikasi efektif bisa tercapai.

.:: gambaran akibat dari niat baik yang tidak dikomuniasikan dengan baik


Komponen-komponen dalam menjalin komunikasi akrab adalah rasa aman, suportif, serta membuka diri Di bawah ini saya akan mencoba menceritakan kembali apa yang telah disampaikan oleh bapak pembicara dalam menjalin komunikasi akrab:

1. AMAN
Untuk menjalin komunikasi akrab maka kita perlu menciptakan suasana yang aman dimana orang yang sedang kita ajak untuk berkomunikasi merasa bahwa dirinya aman, tidak merasa tertekan ataupun terhina. Hal-hal yang dapat menimbulkan rasa aman bagi teman berkomunikasi diantaranya:

1.1 Hindari memotong pembicaraan
Ini adalah penyakit yang sering kali kita lakukan ketika teman sedang bercerita. Apa pun yang ia katakan pada kita, cukup kita dengarkan walaupun kita tidak setuju. Kalau diakhir pembicaraan kita dimintai pendapat baru itulah saatnya kita mengutarakan pendapat kita. TAHAN DULU. Sama halnya ketika kita sedang menonton film. Sekalipun kita sudah tahu jalan ceritanya cukuplah kita lihat saja tanpa berkomentar karena hal itu akan sangat mengganggu bagi orang lain di samping kita yang ingin menikmati film tanpa gangguan.

1.2 Jangan merusak kebahagiaan orang
Biarkan ia bercerita, jangan berkomentar yang sekiranya akan mengurangi kebahagiaannya.

Contoh 1:
Akhwat 1: “Eh, kemarin aku beli jilbab X di TP harganya 90ribu lo..ni.. bagus kan?”
Akhwat 2: “Ya, itu mah aku kemarin juga uda beli, sama persis di PGS, cuma 50ribu loooooo”
Akhwat 1: “Yaaaa, tau gitu aku tanya kamu dulu ya”

Nah, itu dia yang membuat orang lain yang tadinya begitu bahagia menjadi “tidak begitu bahagia” akibat komentar kita. Cukuplah ia merasakan kebahagiaannya, janganlah kita merusak kebahagiaannya dengan celetukan kita. PIKIRKAN BAIK-BAIK SEBELUM BERKOMENTAR.

Contoh 2:
Ketika adik kita sedang asyik menghitung semut dengan keras-keras
Adik: “Satu… dua…tigaaaa..empat..limaaa…enaaaam..tujuuuuh”
Kakak: “ Aduh dek gitu aja lama ngitungnya..  Nih kakak itungin,, ada 30 tu dek. Gampang banget kan”
Sesuatu yang bagi kita sepele boleh jadi adalah sesuatu yang besar bagi orang lain. Setiap orang punya standar yang berbeda. Jangan men-judge ini itu karena SETIAP ORANG MEMILIKI UKURAN KACAMATA YANG BERBEDA.
 
1.3 Hindari membandingkan
Menghindari membandingkan itu sendiri dikarenakan setiap orang tidak suka direndahkan. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing YANG SIFATNYA UNIK dan tidak bida dibandingkan. Membandingkan itu sejatinya menyandingkan 2 obyek yang memang sebanding untuk diperbandingkan, sedangkan tiap-tiap manusia memiliki karakteristiknya masing-masing.

1.4 Jika marah gunakan kata-kata yang baik
Pada saat kita marah, umumnya kata-kata yang akan kita keluarkan adalah sebagai ungkapan kekesalah saja, ada emosi di dalamnya sehingga apa yang kita sampaikan cenderung tidak logis dan tujuannya bukan untuk mengingatkan. Tahan dulu dan pilih kata-kata yang baik.
1.5 Hindari celetukan
Semisal ada teman kita yang gemuk lewat di depan, kita menyeletuk “Ati-ati..gempa gempa..”. Nah, mungkin itu lucu untuk kita dan teman-teman yang lain, namun ingat.. orang yang menjadi subyek celetukan BISA SAJA SAKIT HATI akibat becandaan kita tersebut.

1.6 Jangan mengungkit
Jangan pernah mengungkit yang kemarin-kemarin. Yang berlalu biarlah berlalu karena kita semua, aku dan kamu, sedang dalam tahap BELAJAR menjadi lebih baik.

1.7 Gunakan ukuran sepatu yang sama
Pastikan orang yang kita ajak berbicara dapat memahami maksud ucapan kita. Sesuaikan tingkat pengetahuan dengan lawan bicara kita. Jangan menggunakan istilah-istilah yang sekiranya tidak dipahami lawan bicara kita.

2. SUPORTIF

2.1 Jangan menyalahkan
Ketika kita ingin memberi saran kepada teman, hal yang perlu kita ingat dan kita garis bawahi adalah: jangan sampai dalam penyampaian maksud baik kita ada kesan menyalahkan. Tunjukkan kelebihannya, jangan kekurangannya, dengan tidak menampakkan kesalahannya, kreatif, dan tunjukkan yang positif saja.
Contohnya ketika si A mengolok si B, lalu si B bermaksud mengingatkan si A bahwasanya perbuatannya itu tidak mengenakkan hati. Cara yang bisa dilakukan si B adalah dengan berbincang-bincang dengan teman yang lain lalu mengatakan “Seandainya kamu dibeginikan kira-kira sakit hati ndak?” Nah, ngomongnya itu kalau bisa waktu si A denger jadi dia bisa mengevaluasi diri dan tentunya belajar untuk menjadi lebih baik.

2.2 Berikan motivasi
Segala yang terjadi bagi seorang muslim adalah yang terbaik yang diberikan oleh-Nya. Tergantung bagaimana kita memandangnya. Apa pun yang terjadi, pastikan bahwa kita senantiasa ber-khusnudzan pada-Nya. Dalam HR Muslim dikatakan

“Sungguh aneh orang mukmin itu, seluruh keadaan yang menimpa dirinya dianggap sebagai kebaikan bagi dirinya. Hal seperti ini tidak akan dapat ditemui pada siapapun kecuali pada seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan kemudian ia bersyukur, maka hal itu mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kesusahan kemudian ia bersabar, maka hal itu akan mendatangkan sebuah kebaikan bagi dirinya”

Semisal teman kita mendapatkan nilai D pada suatu mata kuliah tertentu, ambil sudut pandang positif, atakan padanya bahwasanya itu adalah cara Allah untuk mengingatkan supaya belajar dengan lebih giat. Pada saat itu Allah sedang mengingatkan untuk menjadi lebih baik karena sesungguhnya “Kegagalan adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah akan arti kesungguhan”

3. Membuka diri
Membuka diri bisa dimulai dengan berbagi pengalaman. Sebelum bertanya, coba ceritakan pengalaman kita untuk membuka pembicaraan. Selain itu untuk membuka diri pastikan kalau kita mau dievaluasi. Kalau kita mau menasihati, kita harus mau juga diingatkan. Harus mau dievaluasi baru bisa mengevaluasi.

Dan diakhir sesi bapak pemateri mengingatkan kita:

Jangan pernah berputus asa, kejar terus segala asa dan cita karena menurut Thomas Alfa Edison, “Kebanyakan orang gagal tidak menyadari betapa dekatnya mereka ke titik sukses saat mereka memutuskan untuk menyerah” Kita tidak pernah tahu berapa langkah lagi kita menuju kesuksesan, bisa jadi satu dua atau lebih, yang penting kita tetap berusaha. Jangan berputus asa karena menurut firman-Nya

"..dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafir."
(QS Yusuf: 87)
 
Sandarkan segala sesuatunya kepada Yang Tidak Pernah Menyerah, jangan berkonsentrasi pada masalah kita, tetapi berkonsentrasilah kepada Yang Bisa Menyelesaikan Masalah.

Untuk teman-teman yang sudah menunggu catatan ini untuk dipublish, ngaturaken sedaya kalepatan baru bisa ditulis sekarang. Seperti biasa, semoga catatan kecil ini bisa menghadirkan kebermanfaatan . Semangat!

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”
(QS Al Ankabut: 69)

Rabu, 10 November 2010

Ini Keponakan Saya yang Keempat

Ini keponakan saya yang keempat...
Lahir Selasa, 9 November 2010
Semoga menjadi anak yang shalihah, membawa banyak kebermanfaatan, dan dapat memberikan ketenteraman hati bagi umat

 .:: Inilah keponakan saya yang keempat, Almira Khansa Azzahra

Untuk mbak Nanda dan mas Nizar, doaku



Barokallahu laka fil-mauhubi wasyakarta al-Wahib wabalagha asyuddahu waruziqta birrohu.

“Semoga keberkahan terlimpahkan kepadamu atas kelahiran ini. Bertambah syukurnya kepada Allah Yang Maha Pemberi karunia. Bisa melihatnya hingga dewasa. Dan dikaruniai kebaikan-kebaikannya serta keberbaktiannya.”

dan di akhir kisah ini kembali pikiranku terbang pada suatu asa..
to be called mother.......


.:: Kembali teringat pada sosok itu


.:: seorang istri dan seorang ibu...

Senin, 08 November 2010

Bicara Tentang Kedudukan Hati dalam Pendidikan dan Metamorfosis Kehidupan

“Ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya tidak lain dan tidak bukan itulah yg dikatakan hati.”

Kawan-kawan tentunya masih ingat dengan hadits di atas, hadits yang menjelaskan tentang hakikat qalbu (hati) yang ada dalam diri setiap insani. Hati adalah satu bagian tubuh yang menjadi cerminan penggerak segala aktivitas kita. Ketika kita memperkenalkan diri “Nama saya Mia” maka bagian yang kita tunjuk dengan telapak tangan kita adalah dada, bukan kepala, bukan wajah, atau bagian lain dalam tubuh kita. Bagian yang dipentingkan dalam diri manusia bisa jadi menurut kita adalah akal, yang secara fisik berada di dalam otak, di kepala. Namun, pada saat memperkenalkan diri, bagian dadalah yang kita tunjuk. Bagian dada, tempat bersemayamnya hati. 

Hati adalah tempat dimana Allah mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia. Kehadiran-Nya terasa didalam hati. Hati, tempat Allah menyentuhkan ajarannya pada para nabi dan rasul. Dan hati, sejatinya adalah bagian yang dipentingkan dalam diri manusia. Hati, yang jika dia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Hati, jika ia baik, maka akhlak pemiliknya akan baik, segala aktivitas dan sikapnya  akan merujuk pada suri tauladan Rasulullah. 

  .::Hati adalah tempat dimana Allah mengungkapkan diri-Nya sendiri kepada manusia

Menghadirkan Hati dalam Proses Pendidikan

Ketika seseorang menunjukkan sikap yang kurang baik maka yang perlu ditanyakan adalah “Apa yang dimakan oleh hatinya?” Karena hati yang mendapat makanan cenderung akan melahirkan sikap-sikap yang sesuai dengan makanan yang diberikan. Perubahan itu sejatinya dimulai dari hati dan hati hanya bisa disentuh dengan hati. Ya, dengan hati, bukan dengan kekerasan. Perubahan adalah proses dan proses itu membutuhkan arahan melalui pendidikan. Ketika kelak kita menjadi orang tua, untuk mengajarkan anak-anak kita tentang nilai-nilai Islam dan pendidikan hidup maka tanamkanlah dengan baik, dengan sentuhan hati, bukan dengan kekerasan, bukan dengan bentakan, bukan dengan kata-kata kotor, dan bukan dengan pukulan.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah sama sekali memukul seorang pun dengan tangannya kecuali dalam rangka berjihad di jalan Allah. Beliau tidak pernah memukul pelayan dan kaum wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah membalas suatu aniaya yang ditimpakan orang atas dirinya. Selama orang itu tidak melanggar kehormatan Allah. Namun, bila sedikit saja kehormatan Allah dilanggar orang, maka beliau akan membalasnya semata-mata karena Allah.”
(HR. Ahmad)

Ketika kita mendidik dengan kekerasan, pada saat itu sesungguhnya kita sedang mengajarkan anak kita untuk mencoreng hatinya.

“Sesungguhnya orang beriman itu, kalau berdosa, akan terbentuk bercak hitam di qalbunya”.
(HR Ibnu Majah)

Jika telah terbentuk bercak hitam di hatinya, maka  bercak itu akan semakin meluas dan meluas karena hati kita jika baik maka kita akan cenderung berbuat yang baik-baik, memupuk kebaikan, dan meningkatkan kebaikan-kebaikan kita, tetapi sekalinya kita berbuat keburukan, maka kita akan cenderung melahirkan perbuatan-perbuatan yang tidak baik.

Segala kebaikan itu ditanamkan melalui proses pendidikan. Pendidikan adalah seumpama batu pijakan untuk kita melangkah dan melompat lebih tinggi. Pendidikan itu yang akan menjadi dasar tindakan kita. Pendidikan yang PERTAMA KALI diberikan kepada kitalah yang akan mengakar kuat dalam hati yang nantinya akan mengarahkan segala tindakan-tindakan kita. 

Ketika seorang anak melakukan kenakalan terlebih dahulu yang harus kita tanyakan adalah “Pendidikan seperti apa yang diberikan oleh orang tuanya?” Lantas, mengapa bukan si anak langsung yang kita dakwa? Karena anak adalah umpamanya kain-kain putih, ia bersih dan tidak berwarna. Yang menjadikannya kain-kain berwarna-warni indah ataupun kain-kain rombeng adalah ORANG TUA mereka selaku PENDIDIK yang memberikan CELUPAN WARNA kepada mereka. Anak yang diamanahkan Allah SWT kepada orang tua terlahir dengan TIDAK MENGETAHUI APA-APA dan kitalah pada saatnya nanti yang akan mencelupkan warna-warna pada kain putih anak kita tersebut melalui pendidikan yang kita tanamkan padanya.


Mendidik dengan Kelembutan Hati dan Ketinggian Akhlak

Allah mengajarkan kita dalam kitab-Nya, 

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[1] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” 
(QS An Nahl: 125)

Yang ditunjukkan dalam surat di atas adalah bagaimana cara kita bersikap terhadap orang-orang yang berbeda pendapat dengan kita. Namun, pelajaran yang dapat diambil disini adalah SERULAH dengan cara yang HIKMAH dan PELAJARAN yang BAIK. Tentunya, motto kampus kita ini Excellence with Morality bukanlah sekedar simbol bahwasanya mahasiswa Airlangga adalah mahasiswa paripurna, memiliki kemampuan akademik yang excellence namun tetap berpegang teguh pada koridor MORAL yang excellence pula. Motto itu ibarat kunci kita dalam membuka pintu-pintu menuju chapter kehidupan kita selanjutnya, menggunakan ilmu yang kita dapat melalui proses akademik dengan tetap berpedoman pada moralitas yang terletak di HATI.

”Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” 
(Al-A’raf : 179)

Kita dianugerahkan oleh-Nya hati yang bersih yang dengannya kita akan tergerak melakukan segala aktivitas kita. Anugerah itu sejatinya kita pergunakan dengan sebaik-baiknya. Memberikan sentuhan hati dalam setiap aktivitas pendidikan kita. Karena sekarang sudah bukan masanya kita mencari makan dengan kekerasan, dengan berburu seperti zaman purbakala dulu. Sekarang adalah masanya kita hidup dengan kebijaksanaan seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Memberi sentuhan hati dalam setiap aktivitas kita. Memberi sentuhan hati dalam setiap pengabdian kita. Memberi sentuhan dalam sholat kita. Memberi sentuhan dalam kegiatan belajar kita.

 
Lantas, akankah kita mendidik anak-anak yang telah diamanahkan kepada kita dengan kekerasan?

[1]Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Kamis, 04 November 2010

Kunjungan YPAC: Menghadirkan empati, merajut harapan negeri

Kisah ini bermula ketika kami, kelompok PBL 6B, mendapat penugasan mengunjungi YPAC Surabaya di daerah Semolowaru. Kami mendapat kesempatan bersama kelompok 1B sebagai kelompok pertama yang mengunjungi yayasan tersebut. Untuk menumbuhkan empati katanya. Karena sebenarnya, sifat empati itu bisa dilatih dari sekarang, ditumbuhkan sedikit demi sedikit. Sebagai tenaga medis, adalah suatu keharusan untuk menghadirkan empati dalam setiap aktivitas  karena obyek yang akan kami hadapi adalah manusia yang di dalamnya terkandung unsur-unsur bio-psiko-sosio-kultural-spiritual. Manusia adalah ciptaan-Nya yang dibekali segenap akal, intuisi, dan perasaan. Kita sejatinya melihat manusia sebagai satu kesatuan kompleks yang saling berkaitan, bukan hanya sebagai obyek biologis, namun lebih kepada suatu kompleksitas yang tidak boleh dipisahkan dari unsur-unsur penyusunnya.

Mendapat tugas tersebut maka bersiap-siaplah kami. Membuat perencanaan-perencanaan kegiatan apa saja yang akan kami lakukan selama berada di sana. Melipat kertas, bermain plastisin, membuat roti bakar, menyanyi bersama, penyuluhan cuci tangan yang bersih, bermain kartu dwibahasa adalah sebagian rencana yang kami susun sebagai kegiatan selama kunjungan di YPAC. Bersiaplah kami mengonsep kegiatan-kegiatan tersebut.

Sabtu, 30 Oktober 2010 

pukul 06.30
Berkumpullah kami di kampus. Masing-masing telah membawa perlengkapan sesuai kegiatan yang telah kami rencanakan. Ada bola-bola plastik, crayon, plastisin, kartu UNO, kartu kuartet dwibahasa, kertas lipat, dan bahan-bahan roti bakar (dibawa oleh kelompok 1B) dan semuanya warna-warni sekali. Tergambar betapa serunya kegiatan yang akan kami lakukan di sana :D

Pukul 07.10
Dengan segenap tekad dan kemantapan hati, akhirnya kami berangkat. Dalam satu mobil kami bersepuluh berdesakan, saling bercerita tentang euphoria masing-masing. Tidak semuanya, beberapa dari kami duduk diam, entah kenapa.

Pukul 07.30
Kami telah tiba di depan YPAC. Keceriaan yang semula hadir dalam setiap kebersamaan kami tiba-tiba bersembunyi entah dimana. Rasanya ada ketegangan tak terkatakan dalam diri kami. Tercekat kami ketika satu persatu siswa binaan YPAC datang dengan diantar oleh orang tua mereka. Meruntuhkan segala euphoria kami yang membayangi pikiran selama dalam perjalanan. Betapa tidak..ternyata kami dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa bukan hanya kekurangan fisik yang ada pada mereka. Malahan, sebagian besar adalah siswa berkebutuhan khusus. Gerak motorik halus mereka pun tidak sama satu sama lain. Permainan-permainan yang kami rencanakan akan dilakukan rasanya adalah suatu kemustahilan. “Ini yang aku takutkan mi, makanya aku dari tadi diam.” ucap salah satu sahabat kepadaku. Menghadapi adik-adik seperti mereka bukanlah suatu kebiasaan bagi kami. Butuh keterampilan, butuh latihan, butuh kesabaran, dan butuh ketelatenan. Sebagian rencana-rencana kami sepertinya memang tidak akan terlaksana karena keterbatasan yang dihadapkan pada kami. Yah akhirnya jadilah kami diam-diam mengamati mereka satu persatu, ada perasaan haru menyusup di dada, ada kata tak terucap, dan ada perasaan-perasaan enak-tak enak dalam diri kami. “Lantas mau apa setelah ini?” kataku dalam hati, mencoba menata hati dan berpikir dengan segala kejernihan yang dipaksakan.

Pukul 08.00
Adik-adik melaksanakan apel pramuka di aula. Kami yang tadinya berada di pintu depan yayasan mulai berjalan beriring menuju aula. Di depan aula terdapat sebuah kalimat berbunyi Pintu ini seperti sikap orang bijaksana, pintunya ramah terbuka bagi siapa saja.” sederhana, tetapi tidak dangkal, sederhana dalam kata, tinggi dalam makna. Di situlah mereka mengajarkan kepada kami bahwasanya pendidikan itu bisa didapatkan tanpa ada pembedaan siswa satu dan lainnya. Tidak dinilai dari fisik, tapi dari kemauan. Siapa mau belajar maka pintu itu akan terbuka. 

 .:: Tangannya terbuka bagi siapa saja yang memiliki kemauan

Akhirnya kami sudah mulai bisa tersenyum, mencairkan suasana tegang yang berlangsung sejak kedatangan kami tadi. Kami berdiri berjajar di belakang mereka, mengikuti apel pagi tersebut. Aku ingat, sepertinya sudah lama sekali ya aku tidak mengikuti upacara seperti ini. Hormat, istirahat di tempat, jadi teringat masa-masa itu, saat pramuka adalah kegiatan rutinanku...ada kerinduan akan masa-masa itu. 

Para pemimpin peleton mulai menyiapkan barisannya masing-masing di atas kursi roda. Ada tiga orang pemimpin peleton yang kesemuanya berada di atas kursi roda. Ada yang maju tanpa batuan dan ada pula yang maju dengan dibantu teman untuk mendorong kursinya. Hingga dipenghujung apel majulah seorang anak laki-laki dengan kursi rodanya, dengan kepala tertunduk ia maju ke depan barisan. Ia membacakan suatu bait yang tak asing dalam ingatanku dan masi bisa aku ikuti setiap barisnya.

Dasa Darma Pramuka
Pramuka itu:
1. Takwa kepada Tuhan Yang Masa Esa       
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3. Patriot yang sopan dan kesatria
4. Patuh dan suka bermusyawarah
5. Rela menolong dan tabah
6. Rajin, terampil, dan gembira
7. Hemat, cermat, dan bersahaja
8. Disiplin, berani, dan setia
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan

Hebat sekali adik ini, ketika aku masih SD dulu, aku menghafalnya dengan jembatan keledai tacipaparerahedibersu, entah cara apa yang ia gunakan, tentunya ada perbedaan dalam cara karena keterbatasan yang ia miliki. Teruntuk adik Reza, terima kasih dek, kamu telah mengingatkan kami akan nilai-nilai luhur pramuka.
 .:: barisan bocah

Dalam kesederhanaan ada cinta yang ditunjukkan dalam setiap gerakan. Mereka telah berhasil menyentuh kami dengan hati. Hati mereka telah menyentuh hati-hati kami. Dalam bahasa inilah mereka menunjukkan cintanya. Dan Dia telah menunjukkan kebesaran-Nya. Di dalam tubuh yang tak sempurna itu ada hati yang dipenuhi oleh cinta dan kasih tanpa cacat. Mungkin mereka tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa lisan, tapi mereka telah berhasil berkomunikasi dengan hati kami dalam kediaman dan tingkah laku mereka. Cinta mereka telah menyirami hati-hati kami yang selama beberapa hari ini resah menjelang ujian tengah semester. Cinta merekalah yang menjadi makanan bagi hati kami. Hati yang selama beberapa saat terakhir ini tidak diisi oleh makanan yang bergizi.   

Pukul 09.00
Saatnya beraksi!! Mulailah kami melakukan aktivitas tanpa perencanaan. Dalam kondisi darurat seperti itu, terlahirlah kegiatan oper bola, main bowling, menyanyi bersama, berkejar-kejaran (bagi sebagian siswa), bercerita-cerita, dan membuat roti bakar. 
.:: Vladimir dan Valen: "Kalian ngobrolin apa sii?"

Tinggal mengoper bola aja kan? Terkadang hal remeh seperti itu bisa menjadi rumit jika yang kita hadapi bukanlah anak kebanyakan. Kemampuan motorik mereka berbeda satu sama lain. Ada yang dengan mudah memegang bola, namun tidak jarang yang sulit sekali untuk menggenggam. Jari-jarinya tidak bisa dibuka. Kami berada di belakang mereka membantu untuk menyentuhkan bola itu secara simbolis sehingga terkesan bahwa mereka sendiri yang mengoper bola itu kepada temannya.

Salah satu teman yang membawa permainan bowling plastik mulai mengeluarkan permainan andalannya tersebut. Sekali lagi ada kesulitan yang kami hadapi. Ada yang sudah bisa memegang bola, tetapi tidak bisa melempar sehingga kami memajukan kursi roda mereka untuk membantu mendekatkan mereka ke anak bowling serupa botol itu. Mereka tertawa senang, bahkan ada yang mengangkat kakinya setinggi kepala di atas kursi rodanya. Betapa senangnya mereka. Sesuatu yang kecil bagi kita mungkin akan menjadi sangat berarti bagi mereka. Tergambar dengan jelas dalam ingatan, seorang adik kecil bernama Valen yang dengan keceriaannya telah sukses menjatuhkan anak-anak bowling di depan kursi rodanya yang jaraknya tidak sampai setengah meter. Euphoria yang melingkupinya, entah bagaimana rasanya, mungkin dia tidak bisa mengatakan apa yang ia rasakan, tapi apa yang dia tunjukkan melalui tingkahnya cukup mewakili segala gambaran kesenangan yang terkadang bisa kita ungkapkan dengan bahasa lisani.

  .::Euphoria tak terkatakan dari seorang adik

 .::Wildan dan Nadia: hati-hati deekk


 .:: Menyentuh dengan hati, dengan kelembutan dan ketulusan niat

Pukul 12.00
Adik-adik mulai meninggalkan ruangan untuk melakukan aktivitas rutinan meraka di yayasan pembinaan tersebut. Akhirnya kami mulai berpamitan. Bersalam-salaman dengan para pendidik di sana. Memberi pelukan sayang kepada adik-adik di situ. Saling berpesan satu sama lain. Saling menitipkan memori yang akan kami rindukan suatu saat nanti.

Diakhir kunjungan, salah satu sahabat yang sepagian tadi terdiam dan ketakutan oleh pikiran-pikirannya menutup siang ini dengan kalimat, “Aku bersyukur mi dapat jatah di YPAC, mungkin kalo kita ke paliatif care ga akan sama kaya apa yang kita dapet di sini.” Itu kurang lebih yang ia katakan padaku. Allah selalu menitipkan hikmah dibalik segala kejadian, di mana pun pembagian kelompoknya pasti ada ilmu yang kita dapat, mungkin tidak akan persis sama, namun essensinya tetap sama.. mendidik kita untuk berempati.

 :: Bersama menghadirkan empati, merajut harapan negeri

Dan di situlah kami belajar. Dari adik-adik kecil tak berdosa itu. Mereka telah mendidik kami dengan ketinggian hati mereka. Menyentuh kami dengan lembut. Hati kami telah tersentuh oleh mereka. Hati mereka, sempurna tanpa cacat, telah berhasil menyadarkan kami akan kebesaran-Nya. Betapa dari adik-adik kecil dengan tawa terkembang itu mendidik kami dengan segala keterbatasan fisiknya.

Rasanya, bukan sekedar empati. Lebih dari itu..nutrisi bagi hati.

Empati itu, adalah suatu proses. Dia tidak datang secara tiba-tiba. Dia tidak dapat diwariskan dari para pendidik kita. Dia tidak bisa dipaksakan untuk hadir dalam aktivitas kita tanpa suatu latihan. Empati bukan keterampilan yang bisa dinilai di atas kertas, ia tidak dinilai dengan suatu skala atau angka, namun ia dinilai dari tingkah laku yang hanya kita dan Dia saja yang tahu ketulusannya.

Kunjungan YPAC,
Menghadirkan empati, merajut harapan negeri

Semoga apa yang telah kalian titipkan dalam hati kami tetap terjaga dan terbina. Dari sekarang sampai pada saatnya nanti kita bertemu kembali di dunia yang berbeda ketika semuanya menjadi sama dan ketika semuanya menjadi teman sebaya. Amin ya Rabb.

Selasa, 02 November 2010

Belajar dari Sistem Imun Kita


 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”  
(QS At Tiin: 4)

Di dalam tubuh kita terdapat sistem-sistem organ yang bekerja sama untuk menjaga homeostasis demi kelangsungan hidup. Salah satu sistem itu, yang akan dibahas di sini adalah sistem kardiovaskular (peredaran darah) yang didalamnya mencakup sistem imun (sistem pertahanan tubuh). Sistem imun ini memiliki fungsi sebagai garda terdepan pertahanan tubuh dari zat atau pun benda asing yang memasuki tubuh kita.

Tanpa kita sadari, sebenarnya setiap harinya kita terpapar oleh zat-zat asing (antigen) yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi kita. Di salah satu tampilan komersial di TV,  diinformasikan bahwasanya pada permukaan tubuh kita secara nomal terdapat bakteri-bakteri yang disebut flora normal. Bakteri ini sebenarnya baik, tetapi bisa berbahaya jika berada di lingkungan yang bukan tempatnya. Habitatnya seharusnya di kulit, tapi jika memasuki aliran darah bisa berbahaya bahkan bisa mematikan. Lantas, kemana darah mengalir? Ke seluruh tubuh.. Nah, jika bakteri ini sudah ikut aluran darah maka dia bisa menyerang organ mana saja yang disinggahinya.

Maha Suci Allah dengan segala kemurahan-Nya.. Allah mengaruniakan dalam tubuh kita suatu sistem yang berperan menjaga tubuh kita dari ancaman bakteri tersebut. Allah menyempurnakan tubuh kita dengan sistem imun yang selalu istiqomah berpatroli dalam tubuh kita dan mendiami bagian-bagian tubuh, bersiap manakala ada benda asing yang memasuki tubuh kita.

 *beginilah sistem imun kita bekerja, selalu siap menghadapi berbagai ancaman

Dalam tubuh kita secara umum terdapat dua jenis imunitas, innate immunity dan adaptive immunity.  Innate immunity adalah imunitas natural yang selalu ada di dalam tubuh kita, dia bertugas memblokir dan mengeliminasi segala jenis benda asing yang memasuki tubuh kita sedangkan imunitas adaptif bertugas mengeliminasi benda asing spesifik yang berhasil meloloskan diri dari serangan imunitas natural kita (innate immunity). Contohnya, ketika mikroba berhasil menembus kulit kita maka sel dendritik yang terdapat di kulit akan menangkap mikroba itu. Karena sel dendritik tidak memiliki kemampuan untuk mengeliminasi mikroba, dia pergi membawa mikroba itu ke benteng (lymph node) yang penuh berisi prajurit yang bernama limfosit. 

Di nodus limfe, sel dendritik akan memperkenalkan mikroba kepada limfosit. Setelah mendapat presentasi yang cukup jelas dari sel dendritik tentang mikroba penyusup tersebut, limfosit  akan teraktivasi menggandakan diri menjadi beberapa prajurit yang bertugas mematikan mikroba itu dan sebagian lainnya bertugas menjadi prajurit yang menyimpan memori (strategi apa yang digunakan untuk mematikan mikroba itu). Ketika mikroba berhasil dikalahkan, beberapa prajurit melakukan apoptosis (bunuh diri) menyisakan prajurit yang bertugas menyimpan memori sehingga jumlah prajurit selalu seimbang dalam tubuh kita, sesuai dengan kebutuhan.

Dari cerita yang singkat itu bisa kita ambil pelajaran diantaranya:

Memelihara sifat istiqomah
Seperti halnya sel-sel imun kita yang selalu istiqomah berpatroli, menjaga tubuh kita dalam keadaan yang aman bahkan saat kita sedang beristirahat. Dia tetap konsisten menjalankan tugasnya. Seandainya sel-sel imun kita tidak konsisten menjaga amanah yang telah dibebankan padanya maka pastilah setiap hari kita akan merasa demam dan tidak enak badan.

Dikisahkan oleh Aisyah ra, Rasulullah saw bersabda, “Tingkatkanlah amalmu dengan baik, atau lebih dekatlah kepada kebaikan, dan bergembiralah, karena amal seseorang tiada dapat memasukkannya ke surga.” Tanya para sahabat, “Amal Anda juga begitu, ya Rasulullah?' Jawab Rasulullah, “Amalku juga begitu. Tetapi Allah melimpahiku dengan rahmat-Nya. Dan ketahuilah, bahwa amal yang paling disukai Allah ialah amal yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit.” 
(HR. Bukhari, Muslim dan Nasa'i)

 *konsisten, meneguhkan hati di satu jalan yang lurus

Terus-menerus walaupun sedikit, artinya beristiqomah melakukan amalan yang baik. Kita mulai dengan yang kecil, tetapi kita jaga keistiqomahannya sambil kita berproses untuk menambah amalan-amalan baik kita. Tetap istiqomah memberi nutrisi bagi hati dengan yang baik-baik karena sesungguhnya hati itu mudah untuk dibolak-balik. Jika hati adalah cerminan iman, maka akan berlaku apa yang pernah dikatakan oleh seorang mujahhid, Al Imaanu yazidu wa yanqhusu, yazidu bit thaat wa yanqhusu bi maksiat.. iman itu naik turun, naik karena ketaatan dan turun karena kemaksiatan. Sekalinya kita berlepas dari sifat istiqomah maka kemungkinan akan dengan mudah kita berpaling ke arah yang sebaliknya.

Bekerja sama
Sel dendritik yang merasa tidak sanggup mematikan si mikroba lantas pergi menuju nodus limfe yang di dalamnya terdapat sel limfosit yang lebih ‘kompeten’ untuk membunuh mikroba itu. Kerja sama antara sel dendritik dan sel limfosit itu menghasilkan sinergi yang akhirnya memberi hasil yang lebih baik. Semisal sel dendritik tidak mau bekerja sama dan memutuskan untuk berusaha membunuh mikroba itu, bisa jadi dia yang akan mati karena serangan si mikroba.

"Dan hendaklah kamu tolong-menolong dalam perkara-perkara kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah kamu tolong-menolong dalam perkara-perkara kejahatan dan permusuhan." 
(QS Al-Maidah: 2)
 
Begitulah seharusnya kita, berani mengakui kekurangan dan mau bekerja sama. Bekerja sama akan membuat kita lebih banyak berinteraksi dengan orang lain, belajar tentang berbagai macam cara untuk menyelesaikan suatu tugas, belajar tentang budaya kerja, dan belajar untuk mengurangi sifat-sifat egois, more us, less me. Bekerja sama untuk kebaikan. Mungkin awalnya menjadi suatu keterpaksaan ketika mendapat tugas kelompok, tetapi dengan pembagian tugas yang efektif, sesuai kompetensi masing-masing maka insyaAllah hasil yang didapat akan jauh lebih baik.

Rela berkorban
Sel limfosit yang telah selesai mengerjakan tugasnya akan melakukan apoptosis (bunuh diri) untuk menjaga jumlah limfosit dalam darah tetap konstan, tidak kurang dan tidak lebih, berada dalam kadar fisiologis. Merelakan dirinya demi kebaikan yang lebih besar. Sedikit membahas tentang itsar. Itsar, mendahulukan orang lain. Untuk perkara-perkara di luar ibadah, mendahulukan orang lain yang lebih membutuhkan adalah suatu keutamaan.

 
*Ikhlas, merelakan diri untuk suatu kebaikan yag lebih besar

Ketika seorang teman tidak membawa uang sedang ia belum makan pagi dan pada saat itu kita membawa uang lebih untuk membeli buku akan lebih baik kita pinjamkan uang kita dulu. Toh, buku masih bisa dibeli besok. Seandainya kita tidak berinisiatif menolong, memberikan sebelum diminta, mungkin teman kita itu akan menahan lapar sampai waktu pulang kuliah. Rela berkorban bisa dilakukan kapan saja jika dirasa kerelaan kita itu akan membuahkan kebaikan yang lebih besar.

Allah menciptakan tubuh kita dengan segala kelengkapannya hingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwasanya Dia telah menyempurnakan penciptaan kita. Allah memberikan segalanya dengan takaran yang tepat. Semuanya diciptakan dengan perhitungan yang sempurna. Allah menjadikan apa-apa yang ada di sekitar kita sebagai bahan pembelajaran. Sistem imun kita yang bahkan tak tampak oleh mata kita bisa memberikan pelajaran yang dapat menjadi teladan bagi kita. Jika di dalam tubuh kita terdapat sesuatu yang memiliki sifat-sifat baik, sejatinya kita juga bisa menirukannya dalam kehidupan kita.