Pages

Minggu, 28 November 2010

Berbaik Sangka Kepada Allah



T
ulisan di bawah ini saya ambil dari sebuah buku karya Arief Alamsyah Nasution, The Way to Happiness. Di dalamnya terdapat kisah-kisah yang inspiratif, kisah-kisah yang membangkitkan segala asa dan harapan untuk mencapai kebahagiaan. Buku ini sangat saya rekomendasikan untuk dibaca karena sesungguhnya saat ini “Masyarakat kita sedang letih” dan butuh untuk mendapatkan kembali ketenangan hati yang insya Allah bisa didapat setelah memahami isi buku ini dengan baik.

.:: Buku yang menginspirasi yang sangat saya sarankan untuk dibaca


Allah pernah berfirman dalam sebuah hadis Qudsi, “Aku sebagaimana yang dipersangkakan oleh hamba-Ku”, Ya, kekhawatiran dapat kita hapuskan dengan berbaik sangka dengan setiap keputusan Tuhan. Berbaik sangka kepada Allah artinya selalu mereka-reka takdir Allah dengan sesuatu yang positif.

Untuk memahami dimensi kedua ini ada sebuah kisah nyata yang luar biasa, tentang seorang guru yang ingin menjadi astronot luar angkasa.

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Aku juga buka seorang pilot. Aku hanyalah seorang guru. Ketika ada kesempatan dari gedung putih untuk mencari warga biasa untuk ikut penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger, aku melamar.

Begitu bahagianya diriku ketika amplop berlogo NASA yang berisi undangan untuk ikut seleksi saya terima. Aku terus berdoa dan ternyata doaku selalu terkabul karena aku lulus seleksi demi seleksi.

Dari semula 43.000 pelamar kemudian menjadi 10.000 orang dan aku menjadi salah satu dari 10.000 orang itu. Kemudian menjadi tinggal 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara, dan serangkaian tes lainnya. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini? Tuhan, biarlah diriku terpilih… begitu doa di hatiku.

Lalu tibalah pengumuman itu. Ternyata NASA memilih Christina Mc Caufliffe. Aku kalah. Hidupku hancur, dan aku merasa depresi. Rasa percaya diriku lenyap. Amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku bertanya kepada Tuhan, kenapa bukan aku? Mengapa Engkau tak berlaku adil padaku Tuhan? Mengapa Engkau tega menyakiti hatiku Tuhan? Aku pun menangis di pangkuan ayahku. Sambil memeluk dia berucap, “Semua terjadi karena suatu alasan….”

Selasa, 28 Januari 1986. Aku berkumpul bersama temna-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku berkata kepada Tuhan, “Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku?”

Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku. Saat itu Challanger meledak dan menewaskan semua penumpangnya.

Aku teringat kata-kata ayahku, “Semua terjadi karena suatu alasan….” Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walau aku sangat menginginkannya, karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah, aku seorang pemenang.

Aku menang karena aku telah kalah.
Aku, Frank Slazak


Subhanallah…  saya baca itu dalam Jamil Azzaini, Kubik Leadership. Cerita itu membuka mata kita, me-reframing kita, mengubah jendela kita bahwa Allah memang baik, bahwa Allah memang mengasihi kita, bahwa Allah menyayangi kita; bahwa rencana Allah pastilah rencana yang baik buat kita.

Saudaraku, mungkin sesuatu yang membuat kita bersedih dan menangis hari ini adalah sesuatu yang justru akan membuat kita tersenyum esok hari. Tetapi, kita harus tetap bertahan untuk menyambut saat paling bahagia itu datang kelak. Dengan begitu, kita akan terus memiliki sebuah harapan. Orang bahagia adalah orang yang selalu menyalakan lilin harapan di dalam hatinya. Orang bahagia adalah orang yang selalu menemukan celah sesempit apa pun untuk berbaik sangka, saat orang lain menganggap tidak ada celah sedikit pun untuk baik sangka itu. Orang bahagia adalah orang yang percaya Rabb-nya adalah Rabb yang baik kepadanya.

 .:: orang bahagia adalah orang yang menyalakan lilin harapan di hatinya

Sedikit bercerita tentang berbaik sangka..

Sekeras, sekejam, dan semenyedihkan apa pun kejadian yang menimpa kita, sesungguhnya ada hikmah di balik kejadian itu. Sesungguhnya kejadian itu adalah yang terbaik bagi kita. Sekitar satu dua bulan yang lalu, saya merasa begitu bahagia akan suatu hal, namun tiba-tiba kebahagiaan itu hilang digantikan oleh kekecewaan dan kesedihan yang mendalam. Saya sempat terpuruk untuk beberapa saat karena realita yang ada berbeda dengan harapan yang selama ini saya tanamkan baik-baik dalam pikiran saya. Saya berusaha merelakan.

Dan hari ini, hari yang saya harapkan bisa menjadi turning poin dari segala kesedihan saya. Tetap melaju mencapai puncak tertinggi dari harapan seorang makhluk kecil. Sekali pun tanpa kata, sekali pun tanpa penjelasan, saya harapkan pada akhirnya saya benar-benar bisa mengikhlaskan. Berbaik sangka pada-Nya, bahwa pada saatnya nanti ia akan memberikan ketetapan-Nya padaku. Kebahagiaan akan datang pada saatnya nanti, pada saat yang tepat. Dan yang perlu dilakukan sekarang adalah membuka bab baru dari buku berjudul kehidupan dan menuliskannya dengan tinta emas perjuangan, pengabdian, dan pengorbanan.  

“Barangsiapa Kuambil dua kekasihnya (matanya) tetap bersabar, maka Aku akan mengganti kedua (mata)nya itu dengan surga”
(Al-Hadist)

Everything happen for a reason…. Sekali pun pada awalnya ketidakrelaan yang hinggap di dada. Kesedihan dan air mata itu akan digantikan oleh kebahagiaan dan senyum di wajah pada saatnya nanti.

“Barangsiapa Kuambil orang yang dicintainya di dunia tetap mengharapkan ridha(Ku), niscaya Aku akan menggantinya dengan surga”
(Al-Hadist)


 .:: Berbaik sangka dalam setiap lantunan doa kita, menghiasinya dengan harapan
 

Apa pun yang terjadi pada diri kita, itu adalah yang terbaik yang digariskan dalam kitab-Nya. Yang perlu kita lakukan adalah tetap berusaha, bersabar, dan berpasrah. Bersabar hingga saat datangnya ketetapan itu. Berpasrah, yang berarti menyerahkan semua pada ketetapan-Nya, bukan berarti berputus asa dan tidak berusaha. Berbaik sangka pada-Nya karena sesungguhnya Allah adalah sesuai dengan persangkaan kita. Semoga kisah hidup kita dapat bermuara pada suatu kebahagiaan yang hakiki. Yang hanya dari-Nya kebahagiaan itu bisa kita dapatkan.


  .:: di setiap sudut doa-doa kita, harapan itu masih ada


Selamat atasmu karena kesabaranmu. Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu
(QS. Ar-Ra’d: 24)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar