Pages

Jumat, 12 November 2010

Catatan Kecil dari SITOKIN

SITOKIN adalah salah satu rangkaian kegiatan  kaderisasi bagi pengurus ASSALAM yang dilaksanakan secara bertahap. SITOKIN itu sendiri merupakan singkatan dari Islamic Leadership Motivation & Dakwah Training. Kegiatan ini berisi orientasi tentang ASSALAM dan juga pengenalan peranan mahasiswa dalam dunia organisasi dan dunia dakwah. Yang ingin saya sampaikan disini bukan catatan saya selama mengikuti SITOKIN, tetapi hanya satu catatan dari salah satu materi yang saya dapat dari pertemuan ketiga SITOKIN, Minggu, 7 November 2010, yaitu Komunikasi Akrab. Semoga bermanfaat!

Komunikasi memegang peranan yang penting dalam menjaga hubungan dan keakraban antarpersonal. 80% kegiatan kita dalam satu hari adalah berupa komunikasi. Komuniasilah yang dapat membuat orang lain senang, namun komunikasi pulalah yang dapat membuat orang lain membenci kita. Ia ibaratnya pisau bermata dua. Bisa menjadi suatu kekuatan di satu sisi, namun bisa menjadi kelemahan di sisi lain. Niat yang baik jika tidak dikomunikasikan dengan baik akan menimbulkan kesalahpahaman yang dapat berdampak pada timbulnya konflik. Sebagai contoh, salah satu kelakar bapak pembicara:

Terkisahlah sepasang suami istri yang malam itu sedang bertengkar. Mereka tidur di atas satu ranjang, namun saling memunggungi satu sama lain.

Suami: (dalam hati) “Waduh, besok pagi jam 5 aku musti ke bandara, tapi aku ga bisa bangun pagi, biasanya istri ni yang bangunin. Mau minta tolong sekarang ya gengsi laaa”

Akhirnya si suami hanya menulis catatan di secarik kertas dan ia letakkan di meja yang berada di sisi kasur  dekat dengan sang istri.

Keesokan harinya si suami terbangun pada pukul 07.00. Tentunya ia sangat terlambat dan akhirnya hanya bisa meluapkan segala kekesalannya dengan marah-marah kepada istrinya.

Suami: “Mama ini gimana si, kan uda papa minta untuk bangunin. Jam 5 papa harus uda berangkat ke bandara!”

Istri: “Loh, tadi uda mama tulis kok di kertas, di meja deket kasurnya papa, tulisannya “Pa, BANGUN!””

Naaaah itu dia salah satu bentuk komunikasi yang niatnya baik, tapi caranya kurang baik sehingga informasi yang disampaikan tidak bisa dipahami sesuai dengan maksud si komunikator.  Ada cara-cara dan ada aturan-aturan yang perlu kita penuhi guna mencapai komunikasi yang efektif. Namun, diluar tujuan efektifnya itu, kita perlu membangun komunikasi yang akrab sehingga keefektifan itu bisa didapat. Mengapa? Karena pada umunya, ketika kita belum mengenal seseorang yang artinya disini kita belum akrab maka komunikasi yang efektif akan sangat sulit terjalin. Ada tembok besar yang menghalangi kemampuan kita untuk menggali informasi . Tembok besar inilah yang semestinya kita runtuhkan dalam rangka menjalin komuniasi efektif dengan cara menjalin keakraban sehingga tujuan komunikasi efektif bisa tercapai.

.:: gambaran akibat dari niat baik yang tidak dikomuniasikan dengan baik


Komponen-komponen dalam menjalin komunikasi akrab adalah rasa aman, suportif, serta membuka diri Di bawah ini saya akan mencoba menceritakan kembali apa yang telah disampaikan oleh bapak pembicara dalam menjalin komunikasi akrab:

1. AMAN
Untuk menjalin komunikasi akrab maka kita perlu menciptakan suasana yang aman dimana orang yang sedang kita ajak untuk berkomunikasi merasa bahwa dirinya aman, tidak merasa tertekan ataupun terhina. Hal-hal yang dapat menimbulkan rasa aman bagi teman berkomunikasi diantaranya:

1.1 Hindari memotong pembicaraan
Ini adalah penyakit yang sering kali kita lakukan ketika teman sedang bercerita. Apa pun yang ia katakan pada kita, cukup kita dengarkan walaupun kita tidak setuju. Kalau diakhir pembicaraan kita dimintai pendapat baru itulah saatnya kita mengutarakan pendapat kita. TAHAN DULU. Sama halnya ketika kita sedang menonton film. Sekalipun kita sudah tahu jalan ceritanya cukuplah kita lihat saja tanpa berkomentar karena hal itu akan sangat mengganggu bagi orang lain di samping kita yang ingin menikmati film tanpa gangguan.

1.2 Jangan merusak kebahagiaan orang
Biarkan ia bercerita, jangan berkomentar yang sekiranya akan mengurangi kebahagiaannya.

Contoh 1:
Akhwat 1: “Eh, kemarin aku beli jilbab X di TP harganya 90ribu lo..ni.. bagus kan?”
Akhwat 2: “Ya, itu mah aku kemarin juga uda beli, sama persis di PGS, cuma 50ribu loooooo”
Akhwat 1: “Yaaaa, tau gitu aku tanya kamu dulu ya”

Nah, itu dia yang membuat orang lain yang tadinya begitu bahagia menjadi “tidak begitu bahagia” akibat komentar kita. Cukuplah ia merasakan kebahagiaannya, janganlah kita merusak kebahagiaannya dengan celetukan kita. PIKIRKAN BAIK-BAIK SEBELUM BERKOMENTAR.

Contoh 2:
Ketika adik kita sedang asyik menghitung semut dengan keras-keras
Adik: “Satu… dua…tigaaaa..empat..limaaa…enaaaam..tujuuuuh”
Kakak: “ Aduh dek gitu aja lama ngitungnya..  Nih kakak itungin,, ada 30 tu dek. Gampang banget kan”
Sesuatu yang bagi kita sepele boleh jadi adalah sesuatu yang besar bagi orang lain. Setiap orang punya standar yang berbeda. Jangan men-judge ini itu karena SETIAP ORANG MEMILIKI UKURAN KACAMATA YANG BERBEDA.
 
1.3 Hindari membandingkan
Menghindari membandingkan itu sendiri dikarenakan setiap orang tidak suka direndahkan. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing YANG SIFATNYA UNIK dan tidak bida dibandingkan. Membandingkan itu sejatinya menyandingkan 2 obyek yang memang sebanding untuk diperbandingkan, sedangkan tiap-tiap manusia memiliki karakteristiknya masing-masing.

1.4 Jika marah gunakan kata-kata yang baik
Pada saat kita marah, umumnya kata-kata yang akan kita keluarkan adalah sebagai ungkapan kekesalah saja, ada emosi di dalamnya sehingga apa yang kita sampaikan cenderung tidak logis dan tujuannya bukan untuk mengingatkan. Tahan dulu dan pilih kata-kata yang baik.
1.5 Hindari celetukan
Semisal ada teman kita yang gemuk lewat di depan, kita menyeletuk “Ati-ati..gempa gempa..”. Nah, mungkin itu lucu untuk kita dan teman-teman yang lain, namun ingat.. orang yang menjadi subyek celetukan BISA SAJA SAKIT HATI akibat becandaan kita tersebut.

1.6 Jangan mengungkit
Jangan pernah mengungkit yang kemarin-kemarin. Yang berlalu biarlah berlalu karena kita semua, aku dan kamu, sedang dalam tahap BELAJAR menjadi lebih baik.

1.7 Gunakan ukuran sepatu yang sama
Pastikan orang yang kita ajak berbicara dapat memahami maksud ucapan kita. Sesuaikan tingkat pengetahuan dengan lawan bicara kita. Jangan menggunakan istilah-istilah yang sekiranya tidak dipahami lawan bicara kita.

2. SUPORTIF

2.1 Jangan menyalahkan
Ketika kita ingin memberi saran kepada teman, hal yang perlu kita ingat dan kita garis bawahi adalah: jangan sampai dalam penyampaian maksud baik kita ada kesan menyalahkan. Tunjukkan kelebihannya, jangan kekurangannya, dengan tidak menampakkan kesalahannya, kreatif, dan tunjukkan yang positif saja.
Contohnya ketika si A mengolok si B, lalu si B bermaksud mengingatkan si A bahwasanya perbuatannya itu tidak mengenakkan hati. Cara yang bisa dilakukan si B adalah dengan berbincang-bincang dengan teman yang lain lalu mengatakan “Seandainya kamu dibeginikan kira-kira sakit hati ndak?” Nah, ngomongnya itu kalau bisa waktu si A denger jadi dia bisa mengevaluasi diri dan tentunya belajar untuk menjadi lebih baik.

2.2 Berikan motivasi
Segala yang terjadi bagi seorang muslim adalah yang terbaik yang diberikan oleh-Nya. Tergantung bagaimana kita memandangnya. Apa pun yang terjadi, pastikan bahwa kita senantiasa ber-khusnudzan pada-Nya. Dalam HR Muslim dikatakan

“Sungguh aneh orang mukmin itu, seluruh keadaan yang menimpa dirinya dianggap sebagai kebaikan bagi dirinya. Hal seperti ini tidak akan dapat ditemui pada siapapun kecuali pada seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kesenangan kemudian ia bersyukur, maka hal itu mendatangkan kebaikan bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kesusahan kemudian ia bersabar, maka hal itu akan mendatangkan sebuah kebaikan bagi dirinya”

Semisal teman kita mendapatkan nilai D pada suatu mata kuliah tertentu, ambil sudut pandang positif, atakan padanya bahwasanya itu adalah cara Allah untuk mengingatkan supaya belajar dengan lebih giat. Pada saat itu Allah sedang mengingatkan untuk menjadi lebih baik karena sesungguhnya “Kegagalan adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah akan arti kesungguhan”

3. Membuka diri
Membuka diri bisa dimulai dengan berbagi pengalaman. Sebelum bertanya, coba ceritakan pengalaman kita untuk membuka pembicaraan. Selain itu untuk membuka diri pastikan kalau kita mau dievaluasi. Kalau kita mau menasihati, kita harus mau juga diingatkan. Harus mau dievaluasi baru bisa mengevaluasi.

Dan diakhir sesi bapak pemateri mengingatkan kita:

Jangan pernah berputus asa, kejar terus segala asa dan cita karena menurut Thomas Alfa Edison, “Kebanyakan orang gagal tidak menyadari betapa dekatnya mereka ke titik sukses saat mereka memutuskan untuk menyerah” Kita tidak pernah tahu berapa langkah lagi kita menuju kesuksesan, bisa jadi satu dua atau lebih, yang penting kita tetap berusaha. Jangan berputus asa karena menurut firman-Nya

"..dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang kafir."
(QS Yusuf: 87)
 
Sandarkan segala sesuatunya kepada Yang Tidak Pernah Menyerah, jangan berkonsentrasi pada masalah kita, tetapi berkonsentrasilah kepada Yang Bisa Menyelesaikan Masalah.

Untuk teman-teman yang sudah menunggu catatan ini untuk dipublish, ngaturaken sedaya kalepatan baru bisa ditulis sekarang. Seperti biasa, semoga catatan kecil ini bisa menghadirkan kebermanfaatan . Semangat!

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik”
(QS Al Ankabut: 69)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar