Pages

Kamis, 04 November 2010

Kunjungan YPAC: Menghadirkan empati, merajut harapan negeri

Kisah ini bermula ketika kami, kelompok PBL 6B, mendapat penugasan mengunjungi YPAC Surabaya di daerah Semolowaru. Kami mendapat kesempatan bersama kelompok 1B sebagai kelompok pertama yang mengunjungi yayasan tersebut. Untuk menumbuhkan empati katanya. Karena sebenarnya, sifat empati itu bisa dilatih dari sekarang, ditumbuhkan sedikit demi sedikit. Sebagai tenaga medis, adalah suatu keharusan untuk menghadirkan empati dalam setiap aktivitas  karena obyek yang akan kami hadapi adalah manusia yang di dalamnya terkandung unsur-unsur bio-psiko-sosio-kultural-spiritual. Manusia adalah ciptaan-Nya yang dibekali segenap akal, intuisi, dan perasaan. Kita sejatinya melihat manusia sebagai satu kesatuan kompleks yang saling berkaitan, bukan hanya sebagai obyek biologis, namun lebih kepada suatu kompleksitas yang tidak boleh dipisahkan dari unsur-unsur penyusunnya.

Mendapat tugas tersebut maka bersiap-siaplah kami. Membuat perencanaan-perencanaan kegiatan apa saja yang akan kami lakukan selama berada di sana. Melipat kertas, bermain plastisin, membuat roti bakar, menyanyi bersama, penyuluhan cuci tangan yang bersih, bermain kartu dwibahasa adalah sebagian rencana yang kami susun sebagai kegiatan selama kunjungan di YPAC. Bersiaplah kami mengonsep kegiatan-kegiatan tersebut.

Sabtu, 30 Oktober 2010 

pukul 06.30
Berkumpullah kami di kampus. Masing-masing telah membawa perlengkapan sesuai kegiatan yang telah kami rencanakan. Ada bola-bola plastik, crayon, plastisin, kartu UNO, kartu kuartet dwibahasa, kertas lipat, dan bahan-bahan roti bakar (dibawa oleh kelompok 1B) dan semuanya warna-warni sekali. Tergambar betapa serunya kegiatan yang akan kami lakukan di sana :D

Pukul 07.10
Dengan segenap tekad dan kemantapan hati, akhirnya kami berangkat. Dalam satu mobil kami bersepuluh berdesakan, saling bercerita tentang euphoria masing-masing. Tidak semuanya, beberapa dari kami duduk diam, entah kenapa.

Pukul 07.30
Kami telah tiba di depan YPAC. Keceriaan yang semula hadir dalam setiap kebersamaan kami tiba-tiba bersembunyi entah dimana. Rasanya ada ketegangan tak terkatakan dalam diri kami. Tercekat kami ketika satu persatu siswa binaan YPAC datang dengan diantar oleh orang tua mereka. Meruntuhkan segala euphoria kami yang membayangi pikiran selama dalam perjalanan. Betapa tidak..ternyata kami dihadapkan pada sebuah kenyataan bahwa bukan hanya kekurangan fisik yang ada pada mereka. Malahan, sebagian besar adalah siswa berkebutuhan khusus. Gerak motorik halus mereka pun tidak sama satu sama lain. Permainan-permainan yang kami rencanakan akan dilakukan rasanya adalah suatu kemustahilan. “Ini yang aku takutkan mi, makanya aku dari tadi diam.” ucap salah satu sahabat kepadaku. Menghadapi adik-adik seperti mereka bukanlah suatu kebiasaan bagi kami. Butuh keterampilan, butuh latihan, butuh kesabaran, dan butuh ketelatenan. Sebagian rencana-rencana kami sepertinya memang tidak akan terlaksana karena keterbatasan yang dihadapkan pada kami. Yah akhirnya jadilah kami diam-diam mengamati mereka satu persatu, ada perasaan haru menyusup di dada, ada kata tak terucap, dan ada perasaan-perasaan enak-tak enak dalam diri kami. “Lantas mau apa setelah ini?” kataku dalam hati, mencoba menata hati dan berpikir dengan segala kejernihan yang dipaksakan.

Pukul 08.00
Adik-adik melaksanakan apel pramuka di aula. Kami yang tadinya berada di pintu depan yayasan mulai berjalan beriring menuju aula. Di depan aula terdapat sebuah kalimat berbunyi Pintu ini seperti sikap orang bijaksana, pintunya ramah terbuka bagi siapa saja.” sederhana, tetapi tidak dangkal, sederhana dalam kata, tinggi dalam makna. Di situlah mereka mengajarkan kepada kami bahwasanya pendidikan itu bisa didapatkan tanpa ada pembedaan siswa satu dan lainnya. Tidak dinilai dari fisik, tapi dari kemauan. Siapa mau belajar maka pintu itu akan terbuka. 

 .:: Tangannya terbuka bagi siapa saja yang memiliki kemauan

Akhirnya kami sudah mulai bisa tersenyum, mencairkan suasana tegang yang berlangsung sejak kedatangan kami tadi. Kami berdiri berjajar di belakang mereka, mengikuti apel pagi tersebut. Aku ingat, sepertinya sudah lama sekali ya aku tidak mengikuti upacara seperti ini. Hormat, istirahat di tempat, jadi teringat masa-masa itu, saat pramuka adalah kegiatan rutinanku...ada kerinduan akan masa-masa itu. 

Para pemimpin peleton mulai menyiapkan barisannya masing-masing di atas kursi roda. Ada tiga orang pemimpin peleton yang kesemuanya berada di atas kursi roda. Ada yang maju tanpa batuan dan ada pula yang maju dengan dibantu teman untuk mendorong kursinya. Hingga dipenghujung apel majulah seorang anak laki-laki dengan kursi rodanya, dengan kepala tertunduk ia maju ke depan barisan. Ia membacakan suatu bait yang tak asing dalam ingatanku dan masi bisa aku ikuti setiap barisnya.

Dasa Darma Pramuka
Pramuka itu:
1. Takwa kepada Tuhan Yang Masa Esa       
2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
3. Patriot yang sopan dan kesatria
4. Patuh dan suka bermusyawarah
5. Rela menolong dan tabah
6. Rajin, terampil, dan gembira
7. Hemat, cermat, dan bersahaja
8. Disiplin, berani, dan setia
9. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
10. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan

Hebat sekali adik ini, ketika aku masih SD dulu, aku menghafalnya dengan jembatan keledai tacipaparerahedibersu, entah cara apa yang ia gunakan, tentunya ada perbedaan dalam cara karena keterbatasan yang ia miliki. Teruntuk adik Reza, terima kasih dek, kamu telah mengingatkan kami akan nilai-nilai luhur pramuka.
 .:: barisan bocah

Dalam kesederhanaan ada cinta yang ditunjukkan dalam setiap gerakan. Mereka telah berhasil menyentuh kami dengan hati. Hati mereka telah menyentuh hati-hati kami. Dalam bahasa inilah mereka menunjukkan cintanya. Dan Dia telah menunjukkan kebesaran-Nya. Di dalam tubuh yang tak sempurna itu ada hati yang dipenuhi oleh cinta dan kasih tanpa cacat. Mungkin mereka tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa lisan, tapi mereka telah berhasil berkomunikasi dengan hati kami dalam kediaman dan tingkah laku mereka. Cinta mereka telah menyirami hati-hati kami yang selama beberapa hari ini resah menjelang ujian tengah semester. Cinta merekalah yang menjadi makanan bagi hati kami. Hati yang selama beberapa saat terakhir ini tidak diisi oleh makanan yang bergizi.   

Pukul 09.00
Saatnya beraksi!! Mulailah kami melakukan aktivitas tanpa perencanaan. Dalam kondisi darurat seperti itu, terlahirlah kegiatan oper bola, main bowling, menyanyi bersama, berkejar-kejaran (bagi sebagian siswa), bercerita-cerita, dan membuat roti bakar. 
.:: Vladimir dan Valen: "Kalian ngobrolin apa sii?"

Tinggal mengoper bola aja kan? Terkadang hal remeh seperti itu bisa menjadi rumit jika yang kita hadapi bukanlah anak kebanyakan. Kemampuan motorik mereka berbeda satu sama lain. Ada yang dengan mudah memegang bola, namun tidak jarang yang sulit sekali untuk menggenggam. Jari-jarinya tidak bisa dibuka. Kami berada di belakang mereka membantu untuk menyentuhkan bola itu secara simbolis sehingga terkesan bahwa mereka sendiri yang mengoper bola itu kepada temannya.

Salah satu teman yang membawa permainan bowling plastik mulai mengeluarkan permainan andalannya tersebut. Sekali lagi ada kesulitan yang kami hadapi. Ada yang sudah bisa memegang bola, tetapi tidak bisa melempar sehingga kami memajukan kursi roda mereka untuk membantu mendekatkan mereka ke anak bowling serupa botol itu. Mereka tertawa senang, bahkan ada yang mengangkat kakinya setinggi kepala di atas kursi rodanya. Betapa senangnya mereka. Sesuatu yang kecil bagi kita mungkin akan menjadi sangat berarti bagi mereka. Tergambar dengan jelas dalam ingatan, seorang adik kecil bernama Valen yang dengan keceriaannya telah sukses menjatuhkan anak-anak bowling di depan kursi rodanya yang jaraknya tidak sampai setengah meter. Euphoria yang melingkupinya, entah bagaimana rasanya, mungkin dia tidak bisa mengatakan apa yang ia rasakan, tapi apa yang dia tunjukkan melalui tingkahnya cukup mewakili segala gambaran kesenangan yang terkadang bisa kita ungkapkan dengan bahasa lisani.

  .::Euphoria tak terkatakan dari seorang adik

 .::Wildan dan Nadia: hati-hati deekk


 .:: Menyentuh dengan hati, dengan kelembutan dan ketulusan niat

Pukul 12.00
Adik-adik mulai meninggalkan ruangan untuk melakukan aktivitas rutinan meraka di yayasan pembinaan tersebut. Akhirnya kami mulai berpamitan. Bersalam-salaman dengan para pendidik di sana. Memberi pelukan sayang kepada adik-adik di situ. Saling berpesan satu sama lain. Saling menitipkan memori yang akan kami rindukan suatu saat nanti.

Diakhir kunjungan, salah satu sahabat yang sepagian tadi terdiam dan ketakutan oleh pikiran-pikirannya menutup siang ini dengan kalimat, “Aku bersyukur mi dapat jatah di YPAC, mungkin kalo kita ke paliatif care ga akan sama kaya apa yang kita dapet di sini.” Itu kurang lebih yang ia katakan padaku. Allah selalu menitipkan hikmah dibalik segala kejadian, di mana pun pembagian kelompoknya pasti ada ilmu yang kita dapat, mungkin tidak akan persis sama, namun essensinya tetap sama.. mendidik kita untuk berempati.

 :: Bersama menghadirkan empati, merajut harapan negeri

Dan di situlah kami belajar. Dari adik-adik kecil tak berdosa itu. Mereka telah mendidik kami dengan ketinggian hati mereka. Menyentuh kami dengan lembut. Hati kami telah tersentuh oleh mereka. Hati mereka, sempurna tanpa cacat, telah berhasil menyadarkan kami akan kebesaran-Nya. Betapa dari adik-adik kecil dengan tawa terkembang itu mendidik kami dengan segala keterbatasan fisiknya.

Rasanya, bukan sekedar empati. Lebih dari itu..nutrisi bagi hati.

Empati itu, adalah suatu proses. Dia tidak datang secara tiba-tiba. Dia tidak dapat diwariskan dari para pendidik kita. Dia tidak bisa dipaksakan untuk hadir dalam aktivitas kita tanpa suatu latihan. Empati bukan keterampilan yang bisa dinilai di atas kertas, ia tidak dinilai dengan suatu skala atau angka, namun ia dinilai dari tingkah laku yang hanya kita dan Dia saja yang tahu ketulusannya.

Kunjungan YPAC,
Menghadirkan empati, merajut harapan negeri

Semoga apa yang telah kalian titipkan dalam hati kami tetap terjaga dan terbina. Dari sekarang sampai pada saatnya nanti kita bertemu kembali di dunia yang berbeda ketika semuanya menjadi sama dan ketika semuanya menjadi teman sebaya. Amin ya Rabb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar