Pages

Minggu, 06 November 2011

Andai Aku Besar Nanti

Masih tergambar dengan jelas memori masa kecil saya di Malang lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Bagaimana saya dulu menghabiskan siang dan sore bersama seorang sahabat. Sahabat masa kecil saya, Farisyah Melladia Utami, yang selalu ada menemani setiap hari, mengaji di TPA yang sama, tidur siang bersama, berlarian, memanjat pohon, dan segala kenakalan masa kecil kami masih tetap terjaga sebagai kenangan yang jernih. Tidak terasa ternyata saya sudah sebesar ini dan kenangan masa lalu itu sudah terlewat lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Sekarang dia sudah begitu jauh, berada di seberang pulau ini, merantau ke Palembang, tempat kelahiran orang tuanya.

Masih tergambar dengan jelas memori masa kecil saya bersama bapak, ibu, dan ketiga kakak saya. Setiap akhir minggu kami sekeluarga jalan-jalan bersama, berolah raga pada pagi hari minggu. Keluarga yang selalu mengajarkan saya makna cinta tulus, kasih sayang, pengorbanan, dan kerja keras. Dengan bertambahnya waktu, keluarga ini sudah banyak berubah. Dua belas tahun yang lalu, Allah menjemput ayah saya pada suatu sore yang tenang. Tinggallah kami berlima. Dan sekarang, keluarga ini sudah begitu berkembang, ketiga kakak saya telah menemukan tambahan hati untuk menggenapkan separuh agamanya, dan bertambahlah jumlah keluarga kami dengan lahirnya keempat keponakan saya.    

Ya, hidup selalu berubah. Hidup tidak mungkin tetap sama. Saya masih ingat ketika kecil dulu terdapat sebuah lagu yang begitu menginspirasi, lagu yang saat ini setiap kali saya dengarkan membuat saya menitikkan air mata dan muncullah kilatan-kilatan flashback masa kecil saya:




Andai aku t'lah dewasa
Ingin aku persembahkan
Semurni cintamu, setulus kasih sayangmu
Kau s'lalu kucinta
(Sherina-Andai Aku Besar Nanti)

Bapak, Ibu..
Aku berjuang untuk membanggakan kalian
Bapak, Ibu, yakinlah..
Jika saatnya tiba aku akan kembali
Duhai..
Ridhoi langkahku ini 


.:: Gadis kecil ini telah beranjak dewasa sekarang dan pada saatnya nanti ia akan
bertemu dengan seorang pangeran :)


Saya harus bergegas sekarang, sudah waktunya kembali ke Madinahku, kembali ke kota pahlawan. Pukul tujuh ini ada perkuliahan. Saya titipkan cinta pada keluarga kepada Yang Maha Menjaga, jagalah mereka ya Allah ketika penjagaanku tak sampai. 

Perjuangan di rantau kembali dimulai pagi ini. Doakan saya yaa :)

Sabtu, 05 November 2011

Cinta Untuk (si)apa?

Di pagi Idul Adha ini, yuk kita panggil kembali memori tentang kisah nabi Ibrahim dan Ismail yang diabadikan dalam Al Qur'an:

Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.
Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, 
Ibrahim berkata: ”Yaa bunayya sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!“ Ia menjawab: ”Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar “.
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu“, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,
(yaitu:)” Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim “.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. (QS As Saffat 100-111)


Terharu ya mengingat Nabi Ismail adalah anak yang telah lama dinantikan kehadirannya, yang dinantikan saat pertemuan dengannya. Disaat kesempatan untuk bertemu datang, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra yang menjadi pengharapannya. Tapi Allah tidak pernah menzalimi hamba-Nya, sesungguhnya setiap musibah dan kenikmatan adalah ujian dari Allah untuk menguji siapa di antara kita yang bersyukur, siapa yang bersabar, dan siapa yang mudah berputus asa. 

"Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (QS At Taubah:24)

Semoga cinta yang tertinggi kita berikan untuk Yang Maha Tinggi, untuk-Nya dan karena-Nya semata  <3 <3 <3

   

.. Cahaya di Atas Cahaya ..

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah adalah seperti lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara yang dinyalakan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahayanya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan dari mendirikan sholat, dan (dari) membayar zakat. Mereka takut pada suatu hari yang (dihari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka yang mengerjakan demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunianya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS An-Nur: 35-38)


Ya Allah Ya Nur, 
siramilah kami dengan cahaya-Mu
suburkanlah hati kami dengan kasih sayang-Mu


Ya Allah Ya Rabbi,
Berilah kami pengetahuan  seperti pengetahuan para Nabi,
Berilah kami pemahaman seperti pemahaman para Rasul,
Berilah kami ilham seperti ilham para malaikat


Selamat belajar semuanya dan
Selamat Idul Adha, Yuk kita takbiran :)

Kamis, 03 November 2011

Jangan takut Dong


Masih ingat kah dengan kisah nabi Muhammad bersama sahabatnya di dalam gua ketika berada begitu dekat dengan pasukan musuh? Untuk merefresh memori kita yuk kita lihat penggalan kisahnya di dalam kitab suci kita:

“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS At-Taubah: 40)

La tahzan, innallaha ma’ana.. Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita. Kata-kata itulah yang keluar dari Rasulullah kepada sahabatnya dan dengan itulah Allah turunkan ketenangan dalam hati serta Allah kirimkan bala tentaranya. Allah, Dia yang selalu menyertai kita dalam setiap langkah, dalam setiap tarikan nafas kita, ada Allah yang senantiasa mengawasi dan menjaga kita. Jadi ketika rasa takut menghampiri, katakan selalu “Wahai hati, jangan takut, La tahzan, innallaha ma’ana..” karena selalu ada Allah dengan ‘tangan-tangan’-Nya.

.:: Ada Allah dan 'tangan-tangan'-Nya

Allah bersama kita, mau sembunyi di benteng terkokoh atau di bawah tanah sekali pun, kita tidak akan pernah luput dari pengawasan-Nya. Banyak sekali ayat di dalam Al-Qur’an yang terus menerus mengingatkan kita akan hal itu.. Yuk kita cek bersama..

“...Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada...” (QS Al-Hadid: 4)

“Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi.” (QS Al Fajr: 14)

“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS Asy-Syu’ara’: 218-219)

Kekasih mana sih yang selalu menemani kita, dalam setiap keadaan kita kalau bukan Allah. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah, bahkan isi hati kita sekalipun. Tanpa kita harus bilang, Allah sudah tahu isi hati kita.

“...’Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui’.” (QS Ali Imran:29)

Oya tambahan nii karena Allah selalu mengawasi maka penting pula untuk kita selalu mawas dalam bertindak, di dalam hati dan di dalam aktivitas fisik kita. Upaya untuk senantiasa merasa diawasi Allah atau muraqabah bisa membuat kita selalu menjaga hati dari segala kotoran, menjaga kita dari kepalsuan niat, menjaga kita dari setiap noda yang akan membuat Allah mengurangi rahman-Nya untuk kita. Dengan mengingat Allah, kita tidak akan bersedih ketika rasa takut datang dan kita akan selalu berhati-hati dalam bertindak.

Mudah-mudahan kita tetap istiqomah dalam beribadah dan jangan takut.. karena Allah selalu bersama kita :)

Selasa, 01 November 2011

Kok Nggak Sempurna?


Salah seorang dosen di sela perkuliahan faal respirasi mengatakan:

“Mengapa traktus respiratorius kita berada di depan, di anterior dari traktus digestivus kita? Padahal lokasi anatomi ini sangat memungkinkan untuk kita tersedak ketika sedang makan.”

Sesaat setelah menyampaikan pertanyaan itu, beliau menjawabnya sendiri:

“Ketika kita tidur, air liur itu tetap diproduksi. Ada yang keluar dalam bentuk ‘ngeces’ dan ada juga yang masuk. Posisi tidur kita akan membuat air liur yang masuk itu memasuki saluran makan, bukan saluran napas karena pengaruh gravitasi dan posisi tubuh. Seandainya saluran napas kita dibelakang tentulah kita tidak akan hidup sampai sekarang karena paru-paru kita telah dipenuhi oleh air liur. Ciptaan Allah seakan-akan tampak tidak sempurna padahal kita hanya perlu lebih membuka hati dan menajamkan pikiran. Tidak ada yang tidak sempurna dalam ciptaannya Allah.”

Dan Allah pun berfirman:

“Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang cacat? Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi, niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih.” (QS Al-Mulk: 3-4)

Hanya diperlukan sedikit keterbukaan hati dan ketajaman pikiran. Mari kita kaji ciptaan-Nya. Adakah yang cacat? Kalau masih berpikir ada yang tidak sempurna, yuk kita kaji bersama :) 

Tempat Ternyaman Itu

Selama kurang lebih sembilan belas tahun saya hidup di lingkungan yang sangat nyaman. Berada di tengah-tengah keluarga, mau makan sudah tersedia, baju-baju serta buku-buku bisa dengan mudah saya dapat. Kampus pun dekat, tinggal jalan beberapa langkah saja. Dan di akhir minggu sesekali kakak-kakak saya datang berkunjung ke rumah dan pergilah kami sekeluarga ke mana pun kami mau. Segala bentuk kesenangan dan kenyamanan menjadi sangat mudah di dapatkan. Hingga suatu malam saya terpikir untuk sekali waktu mencoba hidup lebih mandiri dan keluar dari tempat ternyaman itu. Dan di saat itulah Allah meneguhkan hati saya untuk mencoba merantau, tidak terlalu jauh, hanya dua jam perjalanan dari tempat ternyaman itu.

Saya memutuskan mengambil cuti untuk mempersiapkan kepindahan itu dengan sebaik-baiknya, dengan upaya paling keras yang bisa saya lakukan pada saat itu. Inilah awal perpisahan saya dari salah satu lingkungan terbaik yang saya punya, yaitu kampus hijau tempat saya bertemu teman-teman terhebat yang pernah saya kenal. Kampus dengan dosen-dosen luar biasa, dengan teman-teman terbaik, dengan lingkungan paling hijau, dengan segala bentuk kenyamanan dimana saya bisa belajar untuk lebih mengenal Sang Khaliq dalam diri saya sendiri.

Awal perpisahan itu yang mulanya disertai dengan rasa takut dan rasa ragu berubah menjadi keyakinan untuk tetap melangkah, tetap pada keyakinan bahwasanya mengikuti ujian masuk universitas di tahun terakhir saya adalah hal yang tidak mudah, tapi pasti bisa. Terus melangkah dan terus memohon, hingga tibalah hari penerimaan itu dan berangkatlah saya mengisi chapter baru dalam buku kehidupan.

Alhamdulillah kehidupan di rantau saya jalani dengan cukup baik, pengalaman-pengalaman baru saya dapatkan, kawan-kawan baru saya temui di sini. Hidup sudah banyak berubah sejak saat pertama kali saya berada di sini. Alhamdulillah pelajaran-pelajaran baru dan pelajaran kehidupan deras menghujani hari-hari saya. Alhamdulillah kesempatan untuk terus berkembang datang menyapa. Alhamdulillah di rantau inilah saya bisa belajar untuk menjadi menjadi guru les, belajar menjadi kakak mentor, belajar berhemat dan menabung dari hasil kerja, belajar untuk selalu menjawab tantangan tanpa mengesampingkan kehidupan akademik saya. Di luar zona nyaman inilah saya bisa belajar untuk melawan diri saya sendiri, melawan keinginan-keinginan untuk merasa sudah mapan dan tidak perlu lagi berusaha.

Namun waktu kembali menyapa, menginjak tahun kedua saya di rantau, mulailah timbul rasa rindu kepada semua kenyamanan saat itu. Rasa rindu kepada teman dan rindu yang teramat kepada keluarga. Saya tidak menyesal, justru rindu inilah yang terus membakari semangat saya. Terus menggelorakan perjuangan di rantau untuk segera menyelesaikan studi dan kembali pulang menjemput amanah-amanah yang telah menanti. Tahun kedua ini, di usia saya yang ke-21, sekali waktu saya kembali mengunjungi tempat ternyaman. Bertemu dengan sahabat-sahabat dari SMA  yang tentunya sudah banyak berubah. Sudah ada yang mengerjakan skripsi dan sudah ada yang bekerja. Sedangkan saya, masih berada di tahun kedua, mempelajari kembali ilmu-ilmu dasar sebagai bekal menghadapi tahapan selanjutnya. Dan saya katakan, empat atau lima tahun lagi bukanlah waktu yang sangat lama. Akan segera tiba masanya saya kembali pulang mengurai kenangan-kenangan terindah di tempat ternyaman.

.:: Kembali ke tempat ternyaman itu, ke kota kelahiranku..

Mudah-mudahan ke Malanglah saya akan kembali, berkumpul bersama keluarga lagi dan menyambut kelahiran keponakan-keponakan saya yang kelima, keenam, dan mungkin yang ketujuh. Mudah-mudahan ke Malanglah tempat kembali saya, setelah beberapa tahun berhijrah, untuk membangun keluarga kecil saya dan mendidik anak-anak saya kelak. Di kota ternyaman ini, yang dipenuhi siraman cintanya Ar Rahman, ingin saya menghamba, mengabdi, belajar, dan bekerja. Ke tempat ternyaman itulah saya ingin segera pulang..