Pages

Selasa, 21 Desember 2010

Kaderisasi Ideal: Tonggak Lahirnya Generasi Emas Bangsa

Tulisan yang saya publish kali ini adalah salah satu tugas pemutihan ospek saya, ACHILLES 2010. Semoga bermanfaat =)


Kaderisasi Ideal: Tonggak Lahirnya Generasi Emas Bangsa

Ibarat pertandingan lari secara estafet, dimana pelari pertama menyerahkan tongkat estafet ke pelari kedua, pelari kedua menyerahkan tongkat ke pelari ketiga, dan begitu pula seterusnya hingga pelari terakhir mencapai garis finish. Kurang lebih seperti itulah perjalanan mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan. Pelari pertama diibaratkan sebagai seorang kakak senior dan pelari kedua adalah adik junior yang pada waktunya akan menerima ‘tongkat estafet’ berupa amanah dan tanggung jawab untuk menjalankan roda pergerakan kemahasiswaan yang telah dirintis oleh kakak seniornya. Semua pelari bertujuan menyampaikan tongkat estafet ke garis finish yang dapat diartikan sebagai tujuan bersama dalam mewujudkan visi-misi organisasi kemahasiswaan. 

.:: seorang adik pada waktunya akan menerima ‘tongkat estafet’ berupa amanah dan tanggung jawab

Seorang kakak tidak akan selamanya mengemban amanahnya. Pada akhirnya, ia akan menyerahkan amanah tersebut kepada adiknya yang harapannya memiliki semangat, ide-ide, dan energi yang baru. Namun, sebelum seorang kakak menyerahkan amanah dan tanggung jawab yang diembannya kepada adiknya, ia perlu membantu sang adik untuk mempersiapkan diri sehingga ia menjadi orang-orang terbaik yang memiliki kualitas tinggi untuk mengemban amanah tersebut. Proses tersebut dilakukan dalam suatu alur kaderisasi yang dilakukan secara bertahap dan bertingkat.
           
Untuk menghasilkan kader-kader terbaik, tentunya dibutuhkan proses kaderisasi yang baik pula, dimana nilai-nilai yang ingin ditanamkan seorang kakak kepada adiknya dapat ditumbuhkan sesuai tujuan akhir yang diharapkan. Menjaga komitmen adalah suatu hal yang harus ada dalam diri seorang kakak mulai dari dari nol hingga saatnya pergantian. Seorang kakak harus mengerti tanggung jawabnya, tidak hanya berkontribusi sampai masa kepengurusannya berakhir, tetapi juga hingga masa pergantian kepengurusan dimana ia berkewajiban untuk mendidik adik-adiknya.

Ada nilai-nilai yang harus ada dalam proses kaderisasi agar berhasil melahirkan kader-kader terbaik yang memiliki semangat dan komitmen yang tak mati. Nilai-nilai tersebut diantaranya:

1. Religius
Agama adalah penuntun hidup, dimana ialah yang akan mengarahkan segala tindakan manusia sehingga manusia dapat menjalanan hidup sesuai fitrahnya. Kegiatan kaderisasi yang baik haruslah memegang teguh nilai-nilai religiusitas dalam kegiatannya. Nilai religiusitas ini dapat dimunculkan dalam kegiatan kaderisasi misalnya dengan mengadakan ice breaking dengan pesan-pesan moral, memutar video-video dengan pesan-pesan religius, memotivasi adik dengan memberikan kata-kata mutiara di sela-sela kegiatan atau pun di log book kaderisasi, dan mentoring intensif bersama (sesuai dengan kepercayaan masing-masing).

2. Mendidik dengan Hati
Hati adalah kunci utama dalam menciptakan suatu perubahan. Seseorang bisa berubah ketika telah disentuh hatinya. Hati adalah bagian terpenting dalam diri seorang manusia. Manusia dianugerahkkan mata, telinga, dan hati supaya ia bisa merasakan. Jika mata buta, seseorang masih memiliki perasaan yang ada dalam hati sehingga ia dapat melihat dengan hatinya. Jika telinga yang tuli, ia masih bisa mendengarkan suara hatinya. Hati inilah yang sejatinya tidak menjadi buta, tidak menjadi tuli, dan tidak pula mati. Ketika hati ini baik maka baiklah semua yang ada dalam diri seorang insan. Hati ini hanya dapat disentuh dengan hati. Hati tersebut menyentuh dengan kelembutan akhlak. 

 .:: mendidik dengan tulus ikhlas, dengan hikmah, dan dengan kelembutan hati

Seorang kakak ketika mendidik dengan tulus ikhlas, dengan hikmah, dan dengan kelembutan hati maka adalah suatu keniscayaan bahwasanya sang adik akan tersentuh dan menurutinya. Ketika seseorang telah tersentuh hatinya, telah dilunakkan hatinya untuk memperoleh suatu ilmu maka ilmu tersebut akan mengakar dengan kuat di dalam dirinya. Mendidik dengan hati artinya menggunakan cara-cara yang baik, tidak dengan kata-kata atau perbuatan yang kasar.

3. Kakak sebagai Role Model
Seorang kakak kadangkala tidak memahami urgensinya sebagai teladan bagi adiknya. Jika seorang adik melakukan kesalahan maka sejatinya seorang kakak berkaca diri apakah perilaku adiknya tersebut adalah apa yang telah ia contohkan. Memberi teladan yang baik bagi seorang adik dapat dilakukan seorang kakak mulai dari hal yang kecil misalnya mencontohkan cara berpakaian yang baik, sebagai contoh, sebagai seorang tenaga medis yang nantinya akan berhubungan dengan manusia maka sepantasnya ia menggunakan pakaian yang menjadi standar pakaian seorang tenaga medis, yaitu menggunakan celana/rok bahan, tidak menggunakan kaos, menggunakan sepatu, serta berpakaian yang bersih, rapi, dan tidak menebarkan bau yang tidak sedap. Seorang pasien ketika bertemu dengan tenaga medis maka yang pertama kali ia lihat adalah penampilan tenaga medis tersebut. Ia bisa percaya, menghormati, atau pun meremehkan seorang tenaga medis hanya dikarenakan cara berpakaiannya.

Berkata-kata yang baik, jujur, disiplin, dan menepati janji adalah contoh-contoh teladan baik yang harus dimiliki seorang kakak sehingga ketika sang adik tidak bisa mengikuti apa yang telah dicontohkan kakaknya, ia akan merasa malu dan dengan otomatis ia akan berusaha untuk menjadi sama baiknya atau pun lebih baik daripada kakaknya.   

4. Memberi Bimbingan
Seringkali seorang kakak mengharapkan sang adik untuk menjadi lebih baik dari dirinya dan tidak mengulangi kesalahan yang telah ia perbuat. Namun, harapan tersebut tidak jarang pula tidak diikuti keistiqomahan sang kakak untuk membimbing adiknya dalam mewujudkan harapannya tersebut. Ia mengharapkan sesuatu yang ‘lebih’ tetapi hanya sebatas di hati dan lisan saja, tidak ada tindakan nyata yang ia wujudkan dalam mencapai tujuan itu.

 .:: memberi bimbingan yang jelas dan transparan serta bukan membingungkan

Seorang kakak sejatinya memberikan bimbingan kepada adiknya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah ia peroleh. Pengalaman yang diperoleh tersebut akan menjadi pelajaran terbaik untuk membimbing sang adik hingga akhirnya ia bisa berjalan di atas kedua kakinya sendiri.  Membimbing sang adik, mengarahkan dari tidak tahu menjadi paham dan bisa menjalankan amanahnya dengan sebaik-baiknya. Memberi tahukan mana yang benar dan seharusnya dilakukan serta mana yang salah dan sebaiknya dihindari, memberi bimbingan yang jelas dan transparan serta bukan membingungkan adalah hal yang harus dilakukan sang kakak dalam proses membimbing adiknya.

5. Professional
Proses kaderisasi dilakukan secara professional, sungguh-sungguh, dan totalitas. Professional artinya adalah baik di segala sisi, berimbang di setiap bidang, dan tidak overlapping. Berkompeten saja tidak cukup, dibutuhkan pula moralitas. Begitulah makna professional, ia baik dan dilakukan pula dengan cara yang baik. Nilai professionalitas tersebut dapat ditumbuhkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan semisal pemutaran video-video orang-orang sukses yang memiliki kepribadian unggul dan mengenalkan amanah yang akan ia emban dengan melakukan diskusi dan tanya jawab.

6. Keakraban Kakak dengan Adiknya
Seorang siswa bisa begitu membenci atau menyukai suatu mata pelajaran di bangku sekolah juga sangat dipengaruhi oleh siapa pendidiknya. Dalam hal ini, pendidik apakah orang yang kaku ataukah orang yang akrab dan bisa diajak bercerita oleh siswanya. Membuka komunikasi dapat dilakukan dengan cara mengakrabkan diri terlebih dahulu. Sejatinya tidak ada istilah ‘senioritas’ diantara kakak dan adik karena tujuan yang ingin dicapai bersama menuntut kerjasama yang sinergis dimana kerjasama tersebut akan memberikan hasil lebih jika dibandingkan kemampuan masing-masing individu jika diakumulasikan. Kakak dan adik bekerjasama sebagai kolega atau pun sejawat yang sejajar sesuai dengan perannya masing-masing. Rasa hormat adik kepada kakak tidak akan berkurang, tetapi akan terus lebih dan lebih jika sang kakak dapat memposisikan dirinya sebagai kakak yang mengayomi dan tidak dengan paksaan.

7. Solidaritas

.:: kerjasama untuk mencapai satu tujuan bersama

Kerjasama dapat memberikan hasil yang baik jika didalamnya terdapat cinta akan kebersamaan itu sendiri. Suatu keniscayaan bahwasanya seseorang tidak mungkin hidup sendiri tanpa bantuan orang lain sehingga dibutuhkan kerjasama dalam mencapai suatu tujuan. Kerjasama ini dapat ditumbuhkan dengan komunikasi yang baik dan juga melalui kegiatan-kegiatan yang menuntut kerjasama antarindividu, misalnya melalui kegiatan outbond sehingga setiap individu sadar bahwasanya mereka berada dalam suatu organisasi, satu tubuh dimana ketika satu bagian sakit, maka bagian tubuh yang lain akan merasa sakit pula.

8. Komitmen
Komitmen dalam menjalankan amanah. Komitmen dalam menjaga motivasi dan semangat. Komitmen dalam menyuguhkan madrasah terbaik yang melahirkan generasi emas bangsa.

.:: seperti obor yang terus menyala, komitmen untuk terus memberikan cahayanya

Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain. Seorang kakak harus menjaga komitmennya dalam mendidik adik-adiknya dan menanamkan sifat tersebut pula kepada adiknya. Komitmen adalah suatu sikap istiqomah, menjaga nilai-nilai yang telah ditanamkan agar tetap hidup dan terjaga. Sebuah batu yang keras dapat dilubangi oleh tetesan-tetesan air hujan yang lembut, yang istiqomah menerpanya. Begitu pentingnya suatu komitmen sehingga nilai tersebut harus ditanamkan secara baik oleh seorang kakak kepada adiknya.

Nilai-nilai tersebut jika diaplikasikan dalam proses pengkaderan maka harapannya akan lahirlah kader-kader yang memiliki religiusitas, berakhlak mulia, berkompeten di bidangnya, dapat bekerja secara sinergis, professional dan altruistik, serta memiliki komitmen yang tinggi untuk kemajuan bersama.

Kita mulai dari diri sendiri, dari sekarang, dan dari hal yang terkecil sebagai tonggak lahirnya generasi emas terbaik bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar